Minggu, 05 April 2009

TEAM TEACHING

TEAM TEACHING SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI
UNTUK MENCAPAI BEBAN KERJA MINIMUM 24 JAM
(Drs. Mohammad Ashuri, M.Pd. Widyaiswara LPMP Lampung)


Semenjak dideklarasikan bahwa guru adalah sebuah profesi sama halnya dengan profesi-profesi lain seperti dokter, pengacara dan lain-lain pada tahun 2004, maka untuk menjadi guru siapa saja harus melalui pendidikan khusus yaitu pendidikan profesi guru yang lamanya dari 36 sampai dengan 40 SKS bagi guru pra jabatan. Sedangkan untuk guru di dalam jabatan mereka harus menempuh ujian sertifikasi yang berbentuk portofolio dengan syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah mereka harus mengajar minimal 24 jam pelajaran dan maksimal 40 jam pelajaran per minggu. Sebagai penghargaan dari profesi guru tersebut maka mereka berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok per bulan sesuai dengan pangkat dan golongannya saat itu. Namun, bagi mereka yang telah lulus uji sertifikasi dan mendapatkan sertifikat profesi pendidik tunjangan profesi tersebut tidak akan dibayarkan manakala mereka tidak memenuhi beban mengajar tatap muka minimal 24 jam pelajaran perminggu.

Mengajar minimal 24 jam perminggu inilah yang sekarang menjadi persoalan besar bagi guru-guru dalam jabatan baik guru swasta maupun guru PNS. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hal diantaranya sebelum turunnya Undang-Undang no. 14 tentang guru dan dosen serta Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang guru bahwa guru dipersyaratkan mengajar minimal 18 jam pelajaran perminggu disamping itu memang ada hal-hal lain yang dapat menyebabkan beban tatap muka guru dalam mengajar menjadi kurang dari 24 jam pelajaran perminggu. Menurut Pedoman Perhitungan beban mengajar guru yang dikeluarkan Direktorat Jendral PMPTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008 penyebab kekurangan jam mengajar tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jumlah peserta didik dan rombongan belajar terlalu sedikit,
b. Jam pelajaran dalam kurikulum terlalu sedikit,
c. Jumlah guru di satu sekolah untuk mata pelajaran tertentu terlalu banyak, dan
d. Sekolah pada daerah terpencil atau sekolah khusus yang kondisinya terjadi karena
populasinya sedikit.

Dalam Buku Pedoman tersebut Pemerintah memberikan alternatif solusi bagi guru-guru yang jam tatap mukanya belum mencapai 24 jam perminggu diantaranya adalah dengan :
1. Mengajar pada sekolah lain, pendidikan terbuka, dan kelompok belajar
a. Mengajar pada sekolah atau madrasah lain
Wajib mengajar 24 jam tatap muka per minggu dapat dipenuhi seorang guru dengan
mengajar di sekolah atau madrasah lain baik negeri maupun swasta pada
Kabupaten/kota yang sama sesuai mata pelajaran yang diampu.
b. Menjadi Guru Bina/Pamong pada SMP Terbuka
c. Menjadi Tutor pada program kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C
Seorang guru dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam per minggu dengan mengajar
di Kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C pada kabupaten/kota yang sama
sesuai mata pelajaran yang diampu.

2.Melaksanakan Team Teaching
Guru tetap yang tidak dapat memenuhi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan di
mana dia diangkat sebagai guru tetap, dapat memenuhi beban kerjanya melalui sistem tim
pengajaran bersama (team teaching).
3.Melaksanakan Pengayaan dan Remedial khusus
Guru tetap yang tidak dapat memenuhi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan di
mana dia diangkat sebagai guru tetap, dapat diberi tugas melaksanakan pengayaan dan
remedial khusus. Pengayaan dan remedial khusus memiliki prinsip bahwa penugasan secara
khusus bagi satu orang guru untuk kelompok peserta didik yang memerlukan bimbingan
secara khusus. Guru yang medapat tugas tersebut disetarakan dengan beban mengajar 2 jam
perminggu.

Pada tulisan ini penulis hanya akan menyoroti khusus tentang poin dua yaitu ”Melaksanakan Team Teaching” karena masalah ini seringkali menjadi perdebatan diantara guru dan bahkan kepala sekolah, karena ketidak jelasan pelaksanaan Team Teaching tersebut. Banyak memang guru melaksanakan team teaching namun kesannya baru sebatas namanya saja, tetapi dalam pelaksanaannya bagi guru guru tersebut adalah yang penting dalam satu kelas ada lebih dari satu orang guru sedang apa yang dikerjakan oleh guru guru dalam team teaching tersebut tidak terlalu diperhatikan. Hal tersebut sebenarnya bukanlah 100% kesalahan para guru, namun mereka berbuat seperti itu karena memang belum tahu atau bahkan tidak pernah ada penjelasan dari atasannya bagaimana melaksanakan team teaching yang sebenarnya. Nah, team teaching yang seperti inilah yang kadang-kadang membuat pimpinan sekolah tidak mau menerimanya sehingga kecenderungannya untuk menambah beban tatap muka bagi guru yang jam mengajarnya kurang dari 24 jam perminggu tidak diperbolehkan dengan cara team teaching. Padahal manakala team teaching dilakukan dengan sebenar-benarnya justru pembelajaran dengan team teaching akan lebih efektif dibanding dengan single teacher teaching.

Peristiwa pelarangan team teaching seperti di atas akan merugikan pihak guru karena untuk mencari tempat mengajar di luar sekolah tempat mereka mengajar atau di luar Satuan Adminstrasi Pangkal-nya (Satmingkal) tidaklah mudah, banyak kendala dalam mencari tempat mengajar di luar satmingkalnya. Sebab di sekolah swastapun mereka harus memperlakukan guru mereka sama seperti guru PNS yang harus memenuhi 24 jam pelajaran perminggu. Artinya tidak semua guru dapat melakukan hal tersebut di atas, apalagi bagi guru yang memang menurut kurikulum jam pelajarannya sedikit misalnya hanya 2 jam pelajaran perminggu sedang gurunya berlebih serta rombongan belajarnya juga sedikit. Oleh karenanya, apabila ada pimpinan sekolah yang tidak membolehkan para gurunya untuk memenuhi 24 jam mengajarnya dengan melakukan team teaching, hal ini akan kontra produktif. Guru yang telah bersertifikat namun karena jam tatap mukanya kurang dari 24 jam dan tidak diperkenenkan memenuhi dengan team teaching, mereka akan frustrasi karena tidak dapat menerima tunjangan profesi dan hal ini bertentangan dengan adanya pilar ketiga dari peningkatan mutu pendidikan yaitu meningkatkan kesejahteraan guru. Jadi team teaching adalah satu-satunya solusi yang dapat menolong guru dimaksud dari kesulitan jam mengajar tatap muka tersebut. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengklarifikasi apa dan bagaimana sebenarnya team teaching tersebut dilakukan di dalam kelas.

Pengertian Team Teaching

Team Teaching dalam pemikiran tradisional yaitu ketika lebih dari satu orang guru terlibat dalam pengajaran dalam satu kelas(Flyn Kj., 2009). Ada beberapa model team teaching yang berbeda, dan kemungkinan lebih dari satu model dapat di lakukan dalam satu jam pelajaran. Terdapat banyak dampak positif yang berhubungan dengan team teaching, tetapi ada juga beberapa hal yang memerlukan pertimbangan sebelum masuk ke suatu pendekatan team teaching.

Dalam team teaching sekelompok guru, bekerja bersama-sama, merencanakan, melakukan proses pembelajaran, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran kepada sekolompok siswa (satu kelas). Dalam prakteknya, team teaching mempunyai format yang berbeda-beda tetapi pada umumnya team teaching adalah merupakan alat dalam mengorganisasikan guru dalam kelompok untuk memacu percepatan dalam pembelajaran. Kelompok atau team biasanya terdiri atas guru-guru yang dapat mewakili guru yang mempunyai keahlian dalam mata pelajaran tertentu yang berbeda tapi mereka harus bergabung dalam satu kelompok kelas yang sama (contoh: IPA, IPS di SMP) dalam merencanakan pembelajaran pada jam pelajaran yang sama. Untuk memfasilitasi proses ini ruang kelas yang biasa diergunakan seharusnya dapat menyenangkan. Bagaimanapun juga, untuk membuat team teaching efektif perlu adanya tidak hanya ruang dan pertemuan saja, namun lebih dari itu.(Centre for the Enhancement of Learning and Teaching, City University of Hong Kong, 1998).

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh sekelompok penulis yang tergabung dalam State University Amerika yang mengatakan bahwa team dapat terdiri atas satu mata pelajaran saja, interdisiplin artinya terdiri atas lebih dari satu mata pelajaran, atau team yang terdiri dari guru yang berasal dari sekolah yang berbeda yang sama pandangannya terhadap siswa dalam hal tertentu. Sebuah team yang baik seyogayanya dapat menggabungkan guru baru dengan guru yang sudah berpengalaman. Dalam team teaching, sebaiknya guru-guru memunculkan inovasi-inovasi pembelajaran, dan memodifikasi jumlah siswa dalam satu kelas, lokasi belajar, dan alokasi waktu yang telah ditentukan sejauh tidak menyalahi aturan. Kepribadian guru, suara, nilai-nilai yang dibawakan oleh guru, dan pendekatan berbeda-beda yang menarik perhatian, dan menghindari kebosanan akan menanambah efektifitas dan efisiensi pembelajaran. (http//www.stateuniversity.com/ tgl. 17 Maret 2009).

Jadi di dalam team teaching guru guru yang tergabung haruslah kompak dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Kompak disini mengandung arti bahwa di dalam menyelenggaran pembelajaran team teaching harus bekerja sama, mendiskusikan mulai dari penyusunan silabus, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pemilihan materi ajar, penentuan atau pembuatan media pembelajaran yang efektif, penentuan metode pembelajaran yang cocok untuk materi yang disepakati serta menyusun penilaian untuk proses pembelajaran maupun hasil belajar.

Dengan adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara guru yang tergabung dalam team teaching tersebut yang seluruh anggota teamnya berkonsentrasi untuk membuat siswa belajar secara efektif, inovatif, kreatif, menantang dan menyenangkan, maka pekerjaan guru secara individu akan semakin ringan dan pembelajaran akan semakin tidak membosankan siswa, sebab pekerjaan yang dilakukan oleh satu team akan lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan individu.

Apabila team teaching dilakukan seperti apa yang penulis paparkan di atas hasilnya insyaallah akan lebih baik dan pimpinan sekolah akan menerima model pembelajaran dengan team teaching yang dilakukan oleh guru guru-nya.

Model-model Team Teaching

Perlu kita ketahui bersama bahwa team teaching bukan hanya ada satu model saja, namun terdapat beberapa model team teaching yang dapat dilakukan untuk pembelajaran di kelas. Beberapa diantaranya adalah yang dikemukakan oleh sekelompok expert dari State University Amerika sebagai berikut:
Team teaching tradisional adalah sebuah model dimana dua orang guru mengajar dalam satu kelas dan mereka berbagi tanggung jawab yang sama dalam mengajar pada siswa-siwanya dan secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran selama jam pelajaran berlangsung. Salah satu guru melaksanakan pembelajaran sedangkan guru yang satunya lagi menulis atau membuat catatan di papan tulis.

“Supported Instruction” adalah sebuah bentuk team teaching dimana salah seorang guru menyampaikan materi ajar dan satu guru lainnya melakukan kegiatan tindak lanjut dari materi yang telah disampaikan rekan satu timnya tadi.

“Parallel Instruction” adalah sebuah bentuk team teaching yang pelaksanaannya siswa dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing guru dalam kelas tersebut bertanggungjawab untuk mengajar masing-masing kelompok.

“Differencaiated Split Class” adalah team teaching yang pelaksanaannya dengan cara membagi siswa ke dalam dua kelompok berdasarkan tingkat ketercapaiannya. Salah satu guru melakukan pengajaran remedial kepada siswa yang tingkat pencapaian kompetensinya kurang (tidak mencapai KKM) sedang guru yang lain melakukan pengayaan kapada mereka yang telah mencapai dan/atau yang telah melampaui tingkat ketercapaian kompetensinya (mencapai atau melebihi KKM).

The “Monitoring Teacher” adalah model lain dari team teaching. Model ini dilaksanakan dengan cara salah satu guru dipastikan melakukan peran sebagai pengajar yang memberikan pembelajaran di kelas, sedangkan yang lainnya berkeliling kelas memonitor perilaku dan kemajuan siswa.

Di dalam satu jam pelajaran team teaching dapat diterapkan lebih dari satu model yang berbeda dari model-model team teaching yang telah disebutkan di atas tadi.

Dari penjelasan mengenai team teaching dan model-modelnya tersebut di atas guru dapat memilih model mana yang dapat dianut dipersilahkan saja berunding dengan teman satu teamnya kemudian dirancang bagaiman pembelajaran di kelas sesuai dengan kondisi dan matapelajaran yang diampunya. Dengan demikian maka team teaching yang berhasil guna dan berdaya guna akan terwujud tidak hanya sekedar untuk memenuhi beban tatap muka guru sehingga kurang ada manfaatnya.

Yang terpenting disini adalah guru yang tergabung dalam team harus bekerja bersama-sama untuk menetukan tujuan pembelajaran, mendisain silabus, menyiapkan RPP beserta skenario pembelajarannya, bagaimana mengelola kelas bersama-sama, dan mengevaluasi hasil belajar siswa secara bersama-sama pula. Mereka bertukar pikiran dan berbagi pengalaman, berdiskusi, dan bahkan memberikan tantangan kepada siswa agar dapat menentukan pendekatan yang mana yang cocok dalam melakukan proses pembelajaran pada materi-materi yang disepakati dan sesuai dengan tuntutan Standar Isi. Intinya sebuah team teaching harus bersedia berkomunikasi dan bekerjasama di dalam maupun di luar kelas. Jangan sampai pada saat pembelajaran berlangsung terjadi hal-hal yang bertentangan yang menyebabkan dampak negatif kepada para siswa. Untuk menuju kepada team teaching yang solid dan sukses tentunya team tersebut harus banyak latihan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan team teaching di dalam kelas.

Jadi untuk melaksanakan team teaching para guru dituntut untuk mempunyai waktu ekstra dalam sinkronisasi pemikiran, pendapat dan ide-ide cemerlang agar dalam menghadapi kelas mereka adalah satu kesatuan yang kompak dan solid, dan ini perlu pembiasaan serta kedisiplinan yang tinggi. Sebab apabila salah satu anggota team tidak disiplin dan tidak mau berbagi pengalaman maka akan rusaklah team teaching yang dibentuk tersebut.

Kelemahan dari Team Teaching

Tidak selamanya team teaching itu akan sukses atau berhasil, tentunya ada beberapa kelemahan dari team teaching. Diantara kelemahan-kelemahan tersebut terlebih disebabkan oleh anggota team sendiri dan juga administrator atau pimpinan sekolah. Dalam tulisan ini disampaikan beberapa kelemahan yang diambil dari pendapat parta expert di State University Amerika diantaranya adalah sebagai berikut:
sebagian guru resisten terhadap satu macam metode pengajaran saja yaitu pengajaran single teacher teaching sehingga team teaching dirasakan suatu hal yang mengungkungnya.
sebagian guru tidak suka dengan anggota teamnya sehingga hal ini akan menghambat kerjasama diantara anggota team.
sebagian lainnya merasa bahwa mereka bekerja lebih banyak dan lebih keras, namun gajinya sama dengan anggota teamnya yang nota bene bekerjanya lebih malas.
ada pula yang tidak mau berbagi ilmu dengan anggota teamnya, karena mereka merasa susah untuk mendaptkan ilmu tersebut sehingga mereka menikmatinya sendiri.
team teaching memerlukan energi dan pemikiran lebih banyak dibanding dengan mengajar secara individu sedangkan hasilnya belum tentu lebih baik dan gajinya sama saja dengan yang mengajar seperti biasa.
kelemahan lain kadang-kadang dari administrator atau pimpinan sekolah yang resisten terhadap pola lama dan tidak mau ada perubahan.

Mungkin masih ada lagi kelemahan kelemahan yang lain, namun penulis yakin bahwa kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi sejauh seluruh anggota team dan mereka yang ada di luar team menyadari bahwa team teaching akan lebih baik dari individual teaching maka kelemhan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab bagi team teaching untuk menghindari kelemahan-kelmahan team teaching dan untuk membuat team teaching berjalan seperti apa yang diharapkan.
Pertanyaan-pertanyaan berikut menguatkan pertimbangan untuk membentuk team teaching:
Apa tujuan dari program, unit, dan pembelajaran yang akan dilaksanakan?
Materi pembelajaran apa yang akan dipresentasikan dan bagaimana urut-urutannya?
Materi mana yang akan diberikan kepada kelompok (kelas ) besar ?
Metode apa dan sumbernya dari mana materi yang akan disajikan?
Siapa yang akan menyajikan dalam kelompok (kelas) besar?
Materi apa yang akan didiskusikan dalam kelompok kecil?
Bagaimana pengorganisasian kelompok kecil tersebut?
Siapa yang bertugas untuk mengelola kelompok-kelompok kecil tersebut?
Bentuk pembelajaran bebas yang seperti apa yang cocok untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan?
Berapa lama waktu yang akan dipergunakan untuk kelompok besar, kelompok kecil dan kegiatan bebas dalam pembelajaran?
Bagaimana cara menilai siswa?

Mudah-mudahan dengan pemaparan tulisan tentang team teaching ini dapat memberikan pencerahan kepada sekolah terutama kepada pimpinan sekolah dan kepada guru guru itu sendiri bahwa team teaching layak dipertimbangkan dalam memberikan solusi kepada para guru yang beban mengajar tatap mukanya kurang dari 24 jam pelajaran perminggu. Bahkan kalu memungkinkan team teaching dapat dijadikan tren mengajar masa kini dan masa yang akan datang karena kemungkinan team teaching lebih efektif daripada individual teaching. Semoga.

DAFTAR BACAAN
Bonnit Rebecca and Haugh Bridget.2001. Team Teaching Tips for Foreign Language Teacher. The Internet TESL Journal, Vol. VII, No. 10, October 2001 http://iteslj.org/

Lindauer David L.1990. OA New A pproach to Team Teaching. Available at Questia Media America, Inc. http://www.questia.com/

Peraturan Pemerintah no. 74 tahu 2008 tentang guru

Undang Undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

______________ Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.2008.Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru. Jakarta.


_____________.2009. Team Teaching Advantages and Disadvantages. Available at http://www.college.us.com/

_________________.1998. Team Teaching. Centre for the Enhancement of Learning and Teaching, City University of Hong Kong.